
Untuk mencoba menjawabnya, saya ringkaskan artikel dari alm.
Norman Edwin berjudul "Awibowo - Biang Pencinta Alam Indonesia"
(Mutiara, 20 Juni-3 Juli 1984). Awibowo adalah pendiri satu perkumpulan
pencinta alam pertama di tanah air. Nama perkumpulannya yaitu
"PERKOEMPOELAN PENTJINTA ALAM"(PPA). Berdiri 18 Oktober 1953.
"Selesai revolusi kami ingin mengisi kemerdekaan dengan kecintaan terhadap
negeri ini. Itu kami wujudkan dengan mencintai alamnya,"kata Awibowo yang
saat wawancara sudah berusia hampir 80 tahun. Saat pendirian, Awi baru selesai
pendidikannya di Universitas Indonesia di Bogor (sekarang IPB). Diskusi ramai
digelar bersama teman2nya, ada yang mengusulkan 'penggemar alam, pesuka
alam'dsb. Tapi Awi mengusulkan istilah pencinta alam karena cinta lebih dalam
maknanya daripada gemar/suka. Gemar/suka mengandung makna eksploitasi belaka,
tapi cinta mengandung makna mengabdi. "Bukankah kita dituntut untuk
mengabdi kepada negeri ini?"kata dia. Istilah pencinta alam akhirnya
dipakai.
Tapi bagaimana reaksi masyarakat saat itu. Ternyata orang2 masih
merasa aneh karena saat itu istilah cinta masih dikaitkan selalu dengan asmara.
Tapi Awibowo dkk terus bergerak. Tujuan mereka adalah memperluas serta
mempertinggi rasa cinta terhadap alam seisinya dalam kalangan anggauta2nya dan
masyarakat umumnya. Satu kegiatan besar yg pernah diadakan PPA adalah pameran
tahun 1954 dalam rangka ulang tahun kota Jogja. Mereka membuat taman dan
memamerkan foto kegiatan. Mereka juga sempat merenovasi
"argadhumilah" /tempat melihat pemandangan di Desa Patuk, tepat di
jalan masuk Kabupaten Gunung Kidul. PPA sempat meluas hingga anggota datang
dari Jogja dan kota lain. Mereka juga sempat menerbitkan majalah
"Pentjinta Alam"yang terbit bulanan. Sayang perkumpulan ini tak
berumur panjang. Penyebabnya antara lain faktor pergolakan politik dan suasana
yang belum terlalu mendukung sehingga akhirnya PPA bubar di akhir tahun 1950.
WANADRI (PERHIMPUNAN PENEMPUH RIMBA DAN PENDAKI GUNUNG),
merupakan salah satu organisasi tertua yang bergerak dalam kegiatan alam bebas.
Wanadri mempunyai sekretariat di kota Bandung. Wanadri berdiri tahun 1964,
tahun yang sama dengan tahun lahirnya MAPALA SASTRA UI. Gagasan untuk
mendirikan Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri dicetuskan
oleh sekelompok pemuda yang sebagian besar adalah bekas pandu pada bulan
Januari 1964. Perhimpunan ini kemudian diresmikan pada tanggal 16 Mei 1964.
Wanadri terdiri dari sekelompok orang yang mencintai kehidupan di alam bebas.
Wanadri lebih jauh lagi merupakan masyarakat tersendiri, yang memiliki aturan
dan norma baik tertulis maupun tidak, namun semua itu berlaku dan dihormati.
Nama Wanadri berasal dari bahasa Sansekerta. "Wana" berarti hutan dan
"adri" itu gunung. Wanadri berarti gunung di tengah-tengah hutan.
Visinya berdasar AD/ART adalah menjadi organisasi pendidikan untuk mendidik manusia,
khususnya anggotanya untuk mempunyai nilai-nilai yang terkandung dalam hakekat
dan janji Wanadri. Tujuan Wanadri adalah membentuk manusia yang mandiri, ulet,
tabah. Mendidik anggotanya menjadi manusia Pancasilais sejati, percaya pada
kekuatan sendiri.
Di Fakultas Sastra UI, sebelum berdirinya Mapala UI, sudah
terdapat kelompok – kelompok mahasiswa yang gemar bertualang di alam bebas.
Mereka yang terdiri dari mahasiswa Arkeologi dan Antropologi yang banyak turun
ke lapangan serta mereka yang pernah tergabung dalam organisasi kepanduan.
Sayangnya kelompok – kelompok ini tidak terkoordinir dengan baik dalam satu
wadah dan mereka juga tidak pernah membuka diri dengan peminat – peminat baru
di luar jurusannya. Adalah seorang Soe Hok Gie yang mencetuskan ide pembentukan
suatu organisasi yang dapat menjadi wadah untuk mengkoordinir kelompok –
kelompok tadi, berikut kegiatan mereka di alam bebas. Gagasan ini mula – mula
dikemukakan Soe Hok Gie pada suatu sore, 8 Nopember 1964, ketika mahasiswa FSUI
sedang beristirahat setelah mengadakan kerjabakti di TMP Kalibata. Sebenarnya
gagasan ini, seperti yang dikemukakan Sdr. Soe sendiri, diilhami oleh
organisasi pencinta alam yang didirikan oleh beberapa orang mahasiswa FSUI pada
tanggal 19 Agustus 1964 di Puncak gunung Pangrango. Organisasi yang bernama
IKATAN PENCINTA ALAM MANDALAWANGI itu keanggotaannya tidak terbatas di kalangan
mahasiswa saja. Semua yang berminat dapat menjadi anggota setelah melalui
seleksi yang ketat. Sayangnya organisasi ini mati pada usianya yang kedua.
Adapun organisasi yang diidamkan Sdr. Soe itu merupakan organisasi yang dapat
menampung segala kegiatan di alam bebas, dan ini dikhususkan bagi mahasiswa
FSUI saja. Kegiatan ini terutama pada masa liburan. Bedanya dengan kelompok
yang ada, gagasan ini terutama ditekankan pada perlunya memberikan kesempatan
pada mereka yang sebelumnya pernah keluyuran , untuk melihat dari dekat tanah
airnya. Namun pada akhirnya usaha ini gagal karena ada kesalahan teknis pada
saat akan diadakan pendeklarasian di Cibeureum pada November 1964. Meskipun
usaha pertama gagal, para perintis ini tidak menyerah.
Sementara mematangkan ide, mereka bertukar pikiran dengan
Pembantu Dekan III bidang Mahalum, yaitu Drs. Bambang Soemadio dan Drs.
Moendardjito yang ternyata menaruh minat terhadap organisasi tersebut dan
menyarankan agar mengubah nama IMPALA menjadi MAPALA PRAJNAPARAMITA. Alasannya
nama IMPALA terlalu borjuis. Dan pada waktu itu segala yang borjuis, habis
diganyang. Nama ini diberikan oleh Bpk Moendardjito. MAPALA merupakan singkatan
dari MAHASISWA PENCINTA ALAM. Dan "Prajnaparamita" berarti dewi
pengetahuan. Selain itu Mapala juga berarti berbuah atau berhasil. Jadi dengan
menggunakan nama ini diharapkan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh
anggotanya akan selalu berhasil berkat lindungan dewi pengetahuan. Dewi
Prajnaparamita juga menjadi lambang dari senat FSUI saat itu. Lambang yang
digunakan adalah gambar dua telapak kaki dengan tulisan MAPALA PRAJNAPARAMITA
dibawahnya. Telapak kaki kiri terletak lebih kedepan dari telapak kaki kanan.
Hal ini melambangkan kehadiran di alam bebas dalam bentuk penjelajahan dan
sebagainya. Selain itu lambang telapak kaki ini juga diilhami penggunaan tapak
kaki oleh raaja Purnawarman dalam prasasti – prasastinya yang dapat diartikan lambang
kebesaran. Dibawah tulisan MAPALA PRAJNAPARAMITA ditambah tulisan FSUI yang
menunjukkan tempat bernaungnya organisasi ini.
Pada tanggal 11 Desember pukul 06.30 semua peserta yang mencapai
lebih dari 30 orang berkumpul di lapangan Banteng dan berangkat. Pada pukul
11.00, mulailah rombongan mendaki lereng – lereng terjal dari bukit kapur
Ciampea. Hari yang panas waktu itu membuat beberapa peserta ”anak mami”
kelelahan dan merepotkan panitia. Jam 14.30 peserta tiba di bukit. Tenda segera
didirikan. Pada malam hari angin bertiup sangat kencang dan hujan lebat. Tenda
banyak yang roboh, sehingga peserta banyak yang berteduh di gubuk yang
kebetulan ada disitu. Hampir saja peresmian Mapala dibatalkan karena sampai
dengan jam 20.00 hujan masih lebat. Namun akhirnya pada pukul 21.00 hujan
berhenti dan bulan bersinar terang. Semua peserta yang basah kuyup dikumpulkan
untuk mengadakan rapat pembentukan MAPALA yang dipimpin Sdr. Soe. Ketika rapat
sedang berjalan, tiba – tiba datang tamu dari Jakarta yaitu Bpk Soemadio, Bpk
soemadjito dan Mang Jugo Sarijun yang sengaja datang untuk menyaksikan upacara
peresmian MAPALA. Sdr Maulana terpilih sebagai ketua pertama dan formatur
tunggal. Sampai dengan tahun pertama, Mapala telah memiliki 12 orang anggota
yaitu AS Udin, Rahaju, Surtiarti, Ratnaesih, Endang Puspita, Mayangsari, Soe
Hok Gie, Judi Hidajat, Edhi Wuryantoro, Koy Gandasuteja, Wahjono, dan
Abdurrahman. Sampai tahun 1970-an, di beberapa fakultas di UI terdapat beberapa
organisasi pencinta alam antara lain : Ikatan Mahasiswa Pencinta alam (IMPALA)
di Psikologi, Climbing And Tracking Club (CATAC) di Ekonomi, Yellow Xappa
Student Family (Yexastufa) di Teknik, Climbing And Tacking (CAT) di Kedokteran
dll.
Setelah berjalan beberapa waktu di fakultasnya masing–masing,
organisasi–organisasi ini merasakan dan menyadari bahwa Mapala UI yang telah
terbentuk dan disetujui oleh Rektor UI (Prof. DR. Sumantri Brojonegoro (Alm.))
dan Dewan Perwakilan Mahasiswa adalah milik seluruh mahasiswa UI. Oleh karena
itu organisasi–organisasi tersebut setuju untuk bersatu dalam satu wadah yaitu
MAPALA UI. Kemudian pada tahun 1970, WANADRI memprakarsai Gladian Nasional yang
merupakan pertemuan akbar pecinta alam se Indonesia. Menurut bahasa berasal
dari “gladi” (bahasa Jawa) yang mempunyai arti “latihan” sehingga Gladian
Nasional bisa diartikan sebagai “ajang latihan” bagi para pecinta alam guna
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dalam bidang
kepecintaalaman dan kegiatan alam bebas. Gladian Nasional juga berperan sebagai
wahana silaturahmi dan berbagi pengetahuan antar perkumpulan pecinta alam se
Indonesia. Pada awalnya kegiatan ini diadakan oleh WANADRI sebagai ajang
latihan bagi anggotanya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam gladian ini antara lain
mountaineering, pengenalan SAR, acara kekeluargaan, serta tukar menukar
informasi dan pengalaman.
Selain anggota WANADRI dalam kegiatan ini diundang pula beberapa
perhimpunan- perhimpunan pencinta alam dan pendaki gunung yang ada di Jawa.
Dalam acara gladian yang kemudian dikenal sebagai Gladian Nasional I ini hadir
109 orang dari 18 perhimpunan. Pada kesempatan itu pula akhirnya disepakati
bersama untuk menyelenggarakan gladian-gladian selanjutnya sebagai media
pertemuan dan latihan pencinta alam dan pendaki gunung di Indonesia. Salah satu
Gladian Nasional yang fenomenal adalah Gladian Nasional IV yang berlangsung di
Sulawesi Selatan di mana dalam gladian ini berhasil disepakati KODE ETIK
PENCINTA ALAM INDONESIA yang masih dipergunakan oleh berbagai perkumpulan
pecinta alam di Indonesia hingga sekarang. Meskipun tidak rutin dilaksanakan
dalam rentang waktu tertentu namun Gladian Nasional telah berhasil dilaksanakan
beberapa kali. Berikut adalah daftar pelaksanaan Gladian Nasional:
* Gladian Nasional I diselenggarakan oleh WANADRI pada tanggal
25 – 29 Februari 1970 di tebing Citatah Jawa Barat. * Gladian Nasional II
diselenggarakan pada tahun 1971 di Malang Jawa Timur yang diselenggarakan oleh
TMS 7 Malang.
* Gladian Nasional III
diselenggarakan di Pantai Carita, Labuhan, Jawa Barat pada bulan Desember 1972.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Badan Koordinasi Pencinta alam dan Penjelajah
Alam se-Jakarta.
* Gladian Nasional IV diselenggarakan di P. Lae-Lae dan Tana
Toraja Sulawesi Selatan pada bulan Januari 1974. Kegiatan ini diselenggarakan
oleh Badan Kerja sama Club Antarmaja Pencinta Alam se-UjungPandang. Dalam
gladian IV yang dihadiri oleh 44 perhimpunan organisasi pecinta alam ini
berhasil menyepakati Kode Etik Pecinta Alam Indonesia yang masih dipergunakan
hingga sekarang.
* Gladian Nasional V diselenggarakan di Jawa Barat pada bulan
Mei 1978. Gladian ini semula direncanakan dilaksanakan pada tahun 1974 namun
baru bisa berhasil diselenggarakan pada tahun 1978 oleh WANADRI bekerja sama dengan
berbagai perhimpunan organisasi Pecinta Alam (dan sejenisnya) se Jawa Barat.
* Gladian Nasional VII
diselenggarakan di Kalimantan Tengah. * Gladian Nasional IX dilaksanakan di
Lampung pada bulan Januari 1989.
* Gladian Nasional X
diselenggarakan di Jawa Barat pada tanggal 5–10 September 1994.
* Gladian Nasional XI dilaksanakan di Yogyakarta pada tanggal
4–11 Agustus 1996.
* Gladian Nasional XII
dilaksanakan di Jawa Timur dari tanggal 28 Mei- 5 Juni 2001.
* Gladian Nasional XIII direncanakan dilaksanakan pada tanggal
7-17 Agustus 2009 di Mataram Nusa Tenggara Barat. Sedangkan divisi pemanjatan
tebing mencatat pada tahun 1977, Skygers Amateur Rock Climbing Group didirikan
di Bandung oleh Harry Suliztiaito, Agus Resmonohadi, Heri Hermanu, Deddy
Hikmat. Inilah awal tersebarnya kegiatan panjat tebing di Indonesia.

Judul: Sejarah Pecinta Alam di Indonesia
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis/ Disebarkan Oleh Unknown
Terimakasih atas kunjungan beserta kesediaan Anda membaca artikel ini. Anda dapat menyampaikan Kritik dan Saran melalui Kotak komentar di bawah ini.
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis/ Disebarkan Oleh Unknown
Terimakasih atas kunjungan beserta kesediaan Anda membaca artikel ini. Anda dapat menyampaikan Kritik dan Saran melalui Kotak komentar di bawah ini.