Yang dimaksud aspek psikologis
anak adalah kondisi mental, sosial dan emosional anak didik pada saat
ia mengikuti proses pembelajaran. Aspek-aspek tersebut harus
dikembangkan sedemikian rupa agar mendukung kreativitas, keberanian,
kebebasan untuk melakukan aktifitas belajar. Beban mental anak dalam
menghadapi tugas-tugas belajar harus dihilangkan sebab dapat menghambat
kreativitas yang ada pada dirinya. Jika anak merasa takut menghadapi
pelajaran, atau merasa rendah diri, takut salah dalam mengerjakan tugas
belajarnya, maka kebebasan dan keberanian mengekspresikan kemampuannya
menjadi hilang. Mental
atau semangat anak untuk berani mengemukakan pendapat dan
berpartisipasi dalam proses pembelajaran harus ditumbuhkan oleh guru.
Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru antara lain; memberikan
pujian dan penghargaan terhadap pekerjaan siswa, tidak menyalahkan
jawaban siswa secara terang-terangan, tetapi dengan kata-kata yang halus
seperti hampir benar, hampir sempurna, kurang lengkap, dan kata-kata
sejenis, tidak menggunakan kata-kata yang sinis dan mengejek terhadap
anak yang menunjukan kekurangan, serta mendorong keberanian anak dalam
belajar.
Sering kita temukan guru yang tidak memperhatikan kondisi mental anak pada waktu belajar dengan menunjukan perilaku dan kata-kata yang dapat melemahkan semangat dan keberanian belajar anak. Hal ini sebenarnya dapat membunuh kreatifitas dan menutup kebebasan belajar.
Sering kita temukan guru yang tidak memperhatikan kondisi mental anak pada waktu belajar dengan menunjukan perilaku dan kata-kata yang dapat melemahkan semangat dan keberanian belajar anak. Hal ini sebenarnya dapat membunuh kreatifitas dan menutup kebebasan belajar.
Aspek sosial dalam proses pembelajaran merupakan kondisi lainnya yang harus diperhatikan. Manusia sebagai makhluk sosial harus menjadi landasan bagi proses pembelajaran. Untuk itu anak perlu diberi kebebasan untuk bekerja sama dengan teman-temannya dalam melakukan tugas belajarnya. Solidaritas dan kesetiakawanan dalam menghadapi kesulitan belajar harus ditumbuhkan. Sebaliknya, rasa keakuan (egosentris), kikir dalam memberikan sumbangan pikiran kepada teman lain yang menghadapi kesulitan belajar, harus di cegah. Beberapa cara yang harus dilakukan guru dalam mengembankan aspek sosial anak pada saat proses pembelajaran antara lain; mengembangkan diskusi pemecahan masalah, bekerja kelompok dalam mengerjakan tugas, memberi kesempatan kepada anak pandai untuk membantu anak yang kurang dalam pemecahan masalah atau mengerjakan tugas belajarnya, memberi pelayanan dan perlakuan yang sama terhadap semua anak, mengkondisikan persaingan dalam kelompok dalam melaksanakan tugas belajar, melaksanakan simulasi, bermain peran atau sosiodrama dalam memecahkan masalah belajar dan memperbanyak kesempatan berkomunikasi antar siswa.
Aspek emosional merupakan kondisi belajar yang sangat menunjang proses sosialisasi dalam pembelajaran. Adanya gangguan emosional seperti rasa cemas, khawatir, mudah tersinggung, pemarah akan menjadi kendala dalam mengoptimalkan aktifitas dan sosialisasi belajar. Anak yang mengalami gangguan emosional cenderung pasif, menyendiri dan kurang berfikir logis. Stabilitas emosi anak dalam proses pembelajaran dapat ditumbuhkan oleh guru melalui berbagai cara, antara lain; sikap dan penampilan guru yang ceria, mengajar penuh humor tetapi bermakna, hubungan guru-siswa yang mencerminkan hubungan bapak-anak, optimalisasi komunikasi antar siswa, dan adanya kebebasan anak untuk menyalurkan pendapatnya selama proses pembelajaran berlangsung.

Judul: Aspek Psikologis Anak dalam Pembelajaran
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis/ Disebarkan Oleh Unknown
Terimakasih atas kunjungan beserta kesediaan Anda membaca artikel ini. Anda dapat menyampaikan Kritik dan Saran melalui Kotak komentar di bawah ini.
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis/ Disebarkan Oleh Unknown
Terimakasih atas kunjungan beserta kesediaan Anda membaca artikel ini. Anda dapat menyampaikan Kritik dan Saran melalui Kotak komentar di bawah ini.