Suatu ketika saat saya berpetualang di dunia maya, kira- kira di awal tahun
1433H, saya tanpa sengaja membaca suatu artikel yang sangat menarik yang saya
dapat dari website KOMPASIANA,
salah satu artikel disana menceritakan tentang TUJUH KELUARGA BESAR DI BARABAI
KALIMANTAN SELATAN, dan pikiran saya pun langsung melayang ke sebuah desa yang
berada di kabupaten Hulu Sungai Tengah, Desa Jatuh. Desa tersebut adalah
kampung tempat saya dibesarkan, kampung halaman kakek, ayah dan keluarga besar
saya, entah sudah berapa keturunan disana.
Barabai adalah Ibukota dari Kabupaten Hulu Sungai Tengah, maka secara
kebiasaan kabupaten ini disebut dengan nama Barabai untuk menyebut Kabupaten
ini secara keseluruhan. terletak didaerah yang disebut dengan Hulu Sungai,
tepat berada ditengah-tengah Provinsi Kalimantan selatan, dengan Pegunungan
Meratus disebelah timurnya. penduduknya saat ini diperkirakan kurang lebih
300.000 orang.
“Tujuh Keluarga Besar di Barabai Kalimantan Selatan”, ini pertamakalinya
dan sekaligus sebagai informasi yang sangat bermanfaat bagi saya , dan jika
kebetulan anda orang asli Barabai
mudah-mudahan hal ini akan mempererat silaturahmi, berikut adalah
penjelasannya:
1. Keluarga
Besar Mesjid Keramat Desa Palajau di Pandawan
Menurut buku sejarah mesjid ini yang ditulis berdasarkan tutur temurun
adalah didirikan utusan dari kerajaan Demak diawal pengIslaman kerajaan banjar,
salah seorang utusan itu yang namanya bernuansa arab bermukim dan mendirikan
Mesjid Keramat Palajau, sewaktu mesjid dipugar ditemukan sebuah silsilah yang
ditulis dengan bahasa arab yang menyatakan pendiri mesjid (biasa disebut Datu
Palajau) adalah seorang keturunan Demak, (kemungkinan seorang yang berkerabat
dengan para Wali Songo jika dilihat dari nama yang berbahasa Arab), ada sebuah
tombak yang sewaktu pemugaran dijual untuk biaya pemugaran, dan ada juga pedang
bertuliskan arab dan tanggal tahun pembuatannya dipercaya dari demak yang
disimpan oleh salah satu keturunan Palajau. Beberapa keluarga masih menyimpan
beberapa benda antik peninggalan keluarga yang sebagian berkerabat jauh dengan
keluarga kerajaan Banjar.
Sebagian orang mengatakan Palajau adalah kampung asal dari Barabai,
kenyataan yang benar adalah bahwa daerah Barabai yang dulu bernama berdasarkan
nama Sungai Labuan Amas dan Batang Alai memang pernah dipimpin oleh beberapa
keturunan Palajau, kota Barabai sendiri dibangun oleh Belanda. sebut saja Kiai
Martapati puncuk pimpinan wilayah labuan amas di masa kerajaan banjar, salah
satu petinggi dalam kerajaan banjar, dan cucunya ki demang Yudha Negara ditahun
1800 adalah pemimpin labuan amas semasa hindia belanda, kemudian diteruskan
anaknya Kiai Ahmad Dahlan diawal abad 20 yang pemimpin daerah Batang Alai, kemudaian
salah satunya anaknya Kiai Syarkawi menjadi gubernur Kalimantan selatan ditahun
lima puluhan. saya juga pernah melihat silsilah yang namanya Tumenggung
kertanegara, kemungkinan ayah atau kakek dari kia martapati yang menjadi salah
seorang mantra sikap kerajaan banjar.
Kiai Martapati diyakini bermukim di palajau, dan keturunannya banyak di
Palajau, Mahang dan Pandawan, sebagian keluarga beliau ada di Banua Kupang
seperti yang menjadi pambakal (kepala desa) yang bergelar ki Ngabi Kerta Negara
dan ada juga yang di Amuntai ki Ngabi Wira Kerta Negera. Salah seorang
perempuan keturunan dari kiai Martapati menikah di amuntai yang salah satu
keturunannya yang terkenal sebagai pemimpin amuntai waktu itu Tumenggung Yuda
Negara, sebagian keturuan mereka menempati posisi penting dikalimantan selatan.
Jaringan keluarga ini tersebar di banyak baik dari laki-laki maupun
perempuan, seperti Birayang, Rangas, Wawai, dan Lok Besar, juga ada di Pantai
Hambawang. Keluarga ini dahulu sangat banyak menurunkan ulama, sampai sekarang
saya masih mengenal beberapa ulama keturunan mereka. Beberapa sangat terkenal
dimasanya, bahkan ada yang menjadi Qadi di Martapura (Martapura merupakan
ibukota Kerajaan Banjar dan sekarang menjadi Pusat santri di Kalimantan)
Keluarga ini juga mempunyai kekerabatan dengan keluarga kerajaan Banjar,
ini terlihat dari nama-nama mereka yang mempunyai gelar Andin, (jika istrinya
dari keturunan bangsawan banjar yang bergelar Gusti atau Antung, dan suaminya
orang biasa, makanya anaknya dapat di beri gelar Andin, atau Nanang atau Anang
untuk laki-laki dan Galuh untuk perempuan, gelar ini selanjutnya tidak dapat
diturunkan lagi)
Dijaman perang Banjar, Pangeran Hidayatullah pernah bermukim di Palajau,
dan ketika pasukan Belanda mendekat atau lewat Mesjid di Desa Palajau ini maka
mereka menjadi muntah darah, hal ini lah yang membuat mesjid itu kemudian
diberi nama Mesjid Keramat.
2. Keluarga besar Mesjid Al-A’la di desa Jatuh di Pandawan
Desa jatuh sangat berdekatan
dengan palajau, tapi berbeda sungai, kampung selalu saja berada di dekat dan
pinggiran sungai, ini adalah ciri khas pemukiman Banjar adan Dayak.
Dalam buku sejarah, seorang
pahlawan perang banjar yang terkenal Penghulu Muda Yuda Lelana, berhasil
beberapa kali mematahkan dan bahkan membunuh perwira pasukan belanda ketika
menyerang Desa jatuh. Cucu bunyut dari Penghulu Muda Yuda Lelana mengakui bahwa
mereka keturunan dari pengIslam pertama dari Demak diwilayah kerajaan banjar,
kemungkinan memang satu rombongan dengan
datu palajau. Ada sebuah panji-panji yang kirim oleh syarif mekkah melalui
perantara seorang sayyid untuk diberikan untuk mesjid al-A’la, menurut seorang
arkeolog asing yang datang bersama dengan DR. Alfani Daud memperkirakan bahwa
panji-panji itu berumur 300 ratus tahun, dan mesjid sudah berdiri disana jauh
sebelum panji-panji itu ada. Sebuah Al-Quran tulisan tangan masih disimpan oleh
sebuah keluarga di desa Kambat.
Keluarga Jatuh ini banyak
menurunkan Ulama di Barabai hingga saat ini, salah keturunannya yang popular
adalah Kiai Haji Zarkasi hasby di Banjarbaru, salah seorang pimpinan PP Darul
Hijrah, sebuah makam berkubah didepan mesjid Agung Barabai dijalan Antasari
adalah keturunan jatuh juga. Penulis tentang Islam di Radar Banjar, keluarga
ini tersebar di Jatuh, Ayuang. Dan beberapa daerah lain.
3. Keluarga desa Mandingin
Kemudian keluarga desa Mandingin,
saya tidak dapat melacak garis silsilahnya, saya menduga ada kaitan dengan
keluarga Jatuh, tapi ada salah satu turunan yang mengatakan bahwa ada kaitan
dengan keturunan dari Amuntai ( Kabupaten Hulu sungai Utara) dan Pendiri mesjid
Pusaka Banua Lawas , Kalua , Tanjung kabupaten Tabalong, namun ada juga sebuah
keluarga yang berpendapat ada kaitan dengan perantau Arab dari manrga tertentu
dari silsilah keluarga mereka, tidak ada yang pasti memang namun itu bukan
masalah penting dalam hal ini. tidak ada catatan silsilah yang tersisa, hal ini
dikarenakan keturunan di Mandingin saat ini kebanyakan adalah perempuan,
sedangkan laki-lakinya hampir semuanya merantau.
Mesjid yang ada
di Mandingin diperkirakan berumur seratus tahun lebih dan salah satu yang
terbesar dijamannya dan juga salah satu yang paling tua di Barabai. Sebelum
Mesjid ini dibangun sudah ada mesjid yang dibangun disebelah hulu desa yang
berada dipinggir sungai, namun mesjid dirobohkan, baru kemudian warga membangun
lagi mesjid baru ditempat sekarang.
Menurut cerita orang tua, ketika
shalat jumat, disepanjang shaf depan hanya di isi oleh para Tuan Guru, puluhan
orang jumlahnya, dikampung mandingin juga banyak ditemukan makam yang berkubah.
Keturunan
Mandingin ada beberapa yang menyebar ke desa lain, seperti kampung Sasak
Barabai, di jalan ulama (bakubah di Ulama), Pajukungan ( pendiri mesjid
Pajukungan), Kubur Jawa, sumanggi Ilung, Muara rintis Ilung, bahkan Lampihong
di Kabupaten Balangan, salah satu pendiri IAIN Antasari KH.Abdurahhman Ismail
MA adalah asli Mandingin, salah satu orang Banjar pertama Yang meraih gelar S2
Master of art dari Universitas Al-azhar Mesir pada jaman kolonial Belanda.
Beberapa ulama juga mengambil istri orang Mandingin, salah satu keturunannya
yang juga terkenal adalah Nasrullah Jamaluddin.Lc imam mesjid istiqlal Jakarta,
ibunya orang mandingin, ayahnya Jamaludin adalah keturunan syech Arsyad dari
Negara daha.
Dimandingin dapat di temui banyak makam Ulama yang Berkubah dan
berbalambika (balambika adalah tumpukan tanah yang meninggi, suatu ciri Khas
dari daerah daerah Banjar adalah adalah Makam yang ditumbuhi tanah seperti
sarang anai-anai atau rayap yang semakin hari semakin besar, bahkan ada yang
sampai dua meter tingginya, makam ditumbuhi balambika hampir selalu adalah
makam Ulama atau orang-orang baik dan alim semasa hidupnya, dan tidak ada makam
seorang yang buruk perilaku semasa hidupnya mempunyai makam yang ditumbuhi
balambika, saya akan mengulas hal ini dilain kesempatan).
Cirri-ciri fisik dari keturunan
mandingin yang tersisa di Mandingin saat ini laki-lakinya kebanyakan bertubuh
besar, tinggi dan kekar. Dan
perempuannya berparas cantik. Sangat disayangkan Tidak ada catatan tentang
sejarah mandingin.
4. Keturunan
syekh Arsyad al-Banjari di Desa Kahakan, Kalibaru, dan Aluan di kecamatan Batu
Benawa Pagat
Seorang Tuan Guru tua terkenal dan dihormati di Barabai mengakui bahwa
beliau adalah keturunan ke 7 atau 8 dari syeck Arsyad, tetapi nasabnya tidak
tercatat. Jika selama ini orang-orang hanya mengenal kampung kadi sebagai basis
keturunan dari syekh Arsyad di Barabai, maka pasti akan sedikit terkejut
mendengar hal ini. (keturunan Syekh Arsyad menyebar keseluruh Indonesia dan Asia
Tenggara)
Jika kita ingin memasuki daerah Aluan, dari arah Barabai menuju tempat
wisata Pagat Batu Benawa , ketika melewati jembatan, maka belok kiri langsung,
anda sudah memasuki daerah Aluan, jika anda terus saja menuju utara, maka anda
akan menemui desa Kahakan, Bandang, Kalibaru dan terus ke desa Tanah Habang dan
jika terus maka akan menembus Birayang di kecamatan Batang Alai selatan,
apabila menyeberang padang sawah dari Desa Bandang maka akan tembus ke desa
Paya atau Simpang Mahar, dibelakang Aluan adalah bukit-bukit dari pegunungan
meratus.
Sepanjang jalan anda akan menemui beberapa makam yang berkubah, ada
beberapa beberapa makam yang dipugar sangat bagus. Daerah Aluan dan Kalibaru
merupakan daerah terkenal karena ulama-ulamanya diwaktu dulu, daerah ini memang
dekat dengan anak sungai Barabai dan sungai Barabai sendiri, di desa Kahakan
ada sebuah langgar keramat yang sering diziarahi dan makam yang di pugar oleh
penyadang dana dari Martapura.
Seorang teman mengatakan bahwa salah satu cucu dari syekh arsyad diutus
kedaerah ini untuk berdakwah, maka keturunanya lah yang banyak menjadi ulama,
bahkan sampai sekarang, ini salah satu keluarga berpengaruh, meski kenyataannya
hanya sedikit yang tahu asal usul keturunan mereka.
Ada cerita menarik, salah satu keturunan desa kahakan menjadi tentara
dimasa-masa awal kemerdekaan, dan ditugaskan di kota Pangkalanbun, disana
beliau menikahi seorang Putri raja Kotawaringin, dan mempunyai dua orang putri.
Tokoh yang mungkin terkenal dari keturunan keluarga ini saat ini adalah
Ketua KPU Prof. Hafiz Ansyari.
Sebenarnya ada keluarga lain lagi, seperti keluarga kampung kadi dan
kampung kopi yang merupakan keturunan syekh arsyad, tapi keluarga ini datang
kemudian dan terpisah dari keluarga aluan. saat ini, keluarga ini sangat
terkenal dibarabai, dengan para Qadi jaman dulu yang bermukim disana, dan
komplek pesantren kitun disebelahnya, tempat pengajian paling ramai diBarabai.
5. Keturunan
keluarga besar Desa Pamangkih Kecamatan Kasarangan
Pesantren Ibnul Amin Pamangkih sangatlah terkenal dan mempunyai alumni yang
tersebar diseluruh Indonesia, pesantren terbesar di Barabai dan terbesar kedua
di Kalimantan selatan.
Menurut teman saya orang Amuntai keturunan pamangkih mengatakan bahwa dia
adalah keturunan ketujuh dari seorang ulama Jawa yang datang berdakwah dan
menetap dipamangkih setelah belajar di Mekkah. Diperkirakan ulama tersebut
sejaman dengan syekh Arsyad Al-Banjari.
Keluarga ini sangat berpengaruh saat ini, menurunkan banyak ulama
disepanjang daerah Pantai Hambangan dan Kasarangan sampai Sungai Buluh dan
bahkan ke Amuntai.
Pesantren Ibnul amin adalah
manisfentasi dari jaringan keturunan ulama Pamangkih ini.
6. Keluarga pagustian
Keluarga pagustian, keluarga
bangsawan dari kerajaan Banjar, meskipun pengaruh mereka kurang terlihat di
Barabai saat ini, dimasa lalu keluarga ini adalah keluarga berpengaruh
diseluruh wilayah kerajaaan, setelah perang Banjar jatah kekuasaan dari para
Pegustian di copot oleh Belanda.
Saya mendengar
beberapa keluarga pagustian ada di desa Pagat dan desa Aluan Batu Benawa.
Ada sebuah kubur berkubah dari
para pagustian, seperti diperbatasan antara desa Tanah Habang dan Kalibaru,
dipinggir jalan di yang sepanjang jalannya adala kebun karet, ada sebuah makam
berkubah sangat bagus. Juga ada makam Syech mubarak di desa mahang sungai
hanyar, syech Mubarak atau Pangeran Kacil merupakan anggota keluarga Pagustian,
keturuannya ada di Binjai piura di kecamatan kasarangan, dan juga sebagian ada
di Bukat seberang ( lurus dari Kampung Kadi).
7. Keluarga Habaib
Keluarga ini diperkirakan datang
ke barabai pada akhir tahun 1800, seorang yang sangat terkenal dari keluarga
ini adalah Habin Alwi al-Habsy, seorang mantan kapten Arab di Banjarmasin, dan
kemudian bermukim di Barabai, beliau lah yang membangun pasar Batu di Barabai,
beliau juga sempat memimpin Barabai dimasa transisi kemerdekaan, beliau juga
yang menyambut Soekarno ketika berkunjung ke Barabai. Keluarga Habaib
kebanyakan bermukim di Kota Barabai, khususnya di Kampung Arab.
Habaib Alwi Al-Habsy menikahi
seorang perempuan dari keturunan Banua Kupang.
Keturunan keluarga ini juga
kembali merantau ke daerah lain, seorang tokoh terkenal saat ini dimartapura
adalah HabibAli Al-Habsy, beliau keturunan habaib Barabai, beliau tokoh
keuangan mikro syariah.
————————————————
Enam keluarga pertama adalah
adalah keluarga asal yang sangat berpengaruh di Barabai pada jamannya, mereka
saling melakukan silaturahmi dengan perkawinan antar anak cucu mereka. Dikayini
70 persen penduduk barabai saat ini mempunyai jaring kekerabatan baik dari
laki-laki dan perempuan dari keluarga ini. Sebagian mengetahui dan sebagian
lagi tidak mengetahui . Sayangnya hampir diseluruh keluarga ini tidak tidak
terdapat catatan silsilah yang baik. Bisa jadi ini dikarenakan bahwa penulisan
silsilah dijaman dulu tidak begitu diperhatikan dan tidak dianggap hal penting,
seiring jaman tali silaturahmi semakin pudar, meski sebagian keluarga saat ini
mulai kembali mencatat silsilahnya dan membentuk organisasi silaturahmi
keluarganya.
Yang menjadi perhatian adalah
jaring ulama yang sangat bagus, jalur pendidikan yang kebanyakan di tempuh
secara turun temurun di kota Mekkah menjadikan Barabai merupakan salah satu
gudang intelektual Ulama dari dahulu sampai sekarang, menyaingi martapura dan
amuntai, sebagian terdapat jariangan keilmuan juga, dan tentunya ada pola
berpikir yang sedikit berbeda dengan daerah martapura.
Selain itu, hal ini juga
memperanguhi orang Barabai pada umumnya, orang Barabai terkenal dengan etos
belajar yang tinggi dan baik, hal ini dibuktikan banyaknya orang Barabai yang
menduduki posisi strategis di pemerintahan dan juga guru-guru diseluruh
Kalimantan Selatan, kalimantan Tengah dan kalimantan Timur, sebagian malah
berhasil menjadi menteri di awal kemerdekaan, orde lama dan orde baru, dan orde
reformasi. Saya melihat etos belajar yang baik yang menjadi kunci semua itu.
Keturunan barabai banyak merantau
diseluruh Kalimantan tentunya, sebagian lagi disumatera dan Malaysia, sebagian
ada di singapura, belanda, Australia, ada juga di Amerika.

Judul: TUJUH KELUARGA BESAR DI BARABAI KALIMANTAN SELATAN
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis/ Disebarkan Oleh Unknown
Terimakasih atas kunjungan beserta kesediaan Anda membaca artikel ini. Anda dapat menyampaikan Kritik dan Saran melalui Kotak komentar di bawah ini.
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis/ Disebarkan Oleh Unknown
Terimakasih atas kunjungan beserta kesediaan Anda membaca artikel ini. Anda dapat menyampaikan Kritik dan Saran melalui Kotak komentar di bawah ini.