Ciri dan Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Belajar Mengajar

Written By Unknown on Jumat, 02 Desember 2011 | 17.51

A.    Ciri-Ciri Interaksi Belajar Mengajar Edi Suardi dalam bukunya Pedagogik (1980) merinci ciri-ciri interaksi belajar mengajar sebagai berikut :
1.      Interaksi belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud interaksi belajar mengajar itu sadar tujuan, dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatian. Siswa mempunyai tujuan, unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
2.      Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang di rencana, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu adanya prosedur, atau langkah-langkah sistematis dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan dibutuhkan prosedur dan desain yang berbeda pula. Sebagai contoh misalnya tujuan pembelajaran : agar siswa dapat menunjukan letak kota New York, tentu kegiatannya tidak cocok kalau disuruh membaca dalam hati, dan begitu seterusnya.
3.      Interaksi belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian rupa sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Sudah barang tentu dalam hal ini perlu diperhatikan komponen-komponen yang lain, apalagi komponen anak didik yang merupakan sentral. Materi harus sudah didesain sebelum berlangsungnya interaksi belajar mengajar.
4.      Ditandai dengan adanya aktivitas siswa. Sebagai konsentrasi, bahwa siswa merupakan sentral, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi belajar mengajar. Aktivitas siswa dalam hal ini baik secara fisik maupun secara mental aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA. Jadi tidak ada gunanya guru melakukan kegiatan interaksi belajar mengajar, kalau siswa hanya pasif saja. Sebab para siswalah yang belajar, maka merekalah yang harus melakukannya.
5.      Dalam interaksi belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam peranannya sebagai pembimbing ini, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses belajar mengajar, sehingga guru akan merupakan tokoh yang akan dilihat dan akan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik. Guru (“akan lebih baik bersama siswa”) sebagai designer akan memimpin terjadinya interaksi belajar mengajar.
6.      Didalam interaksi belajar mengajar dibutuhkan disiplin. Disiplin dalam interaksi belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh semua pihak dengan secara sadar, baik pihak guru maupun pihak siswa. Mekanisme kongkrit dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan. Penyimpangan dari prosedur, berarti suatu indikator pelanggaran disiplin.
7.      Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas (kelompok siswa), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu harus sudah tercapai.

   B.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi interaksi Belajar Mengajar
 Didalam proses pelaksanaan interaksi belajar mengajar sudah barang tentu tidak lepas dan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap interaksi belajar mengajar tersebut adalah : Guru/pendidik, anak didik, fasilitas dan lingkungan. Untuk lebih jelasnya mengenai faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini:
1.      Guru/pendidik
 Didalam proses interaksi belajar mengajar tidak bisa terlepas dan guru, sebab kegiatan belajar mengajar atau dengan kata lain kegiatan interaksi belajar mengajar tidak bisa berlangsung tanpa adanya guru. Dalam hal ini guru merupakan faktor yang dominan untuk tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut haruslah bisa menempatkan dirinya seirama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Secara kongkrit tugas guru dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagaimana yang dikemukakan dalam buku : “Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM’1 sebagai berikut: Guru dalam tugasnya mendidik dan mengajar murid-murid nya adalah berupa membimbing, memberikan petunjuk, teladan serta bantuan. Kecakapan, keterampilan. nilai-nilai.. norma-norma kesusilaan, kebenaran, kejujuran, sikap-sikap dan si fat-sifat yang baik serta terpuji dan lain sebagainya.[1] Dan gambaran di atas terlihat bahwa guru di dalam proses belajar mengajar dituntut untuk melaksanakan tugas dengan sebaik baiknya dalam usaha mentransfortasikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya agar tujuan pendidikan dan pengajaran dapat tercapai karena itulah dalam kegiatan mengajar seorang guru harus memahami jiwa, sifat mental, minat serta kebutuhan anak didiknya, agar bisa dengan mudah memberikan pengajaran dengan sebaik-baiknya atau seefektif mungkin. Untuk menunjang pekerjaan guru sebagai tenaga pendidikan dan pengajaran, diperlukan persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang guru. Adapun persyaratan-persyaratan yang harus dimiliki adalah:
a.       Guru harus memiliki ilmu pengetahuan
 Secara profesional seorang guru dituntut memiliki sejumlah pengetahuan yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan/keguruan, seperti ilmu didaktik/metodik. Disamping itu pula seorang guru harus memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan yang akan diberikan/disampaikan kepada anak didiknya. Karena dengan semua ini guru akan dapat melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar dengan sebaik-baiknya didalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
b.       Keterampilan  memiliki keterampilan
Yang dimaksud dengan keterampilan dalam mengajar yakni suatu keterampilan yang memungkinkan seseorang dapat dengan mudah melakukan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar didalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Karena didalam memilikinya keterampilan mengajar ini diharapkan lebih mempermudah dalam mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
c.       Guru harus memiliki kepribadian
Aspek kepribadian merupakan persyaratan yang cukup penting bagi seorang guru, karena kepribadian inilah yang menentukan apakah ia seorang pendidik atau pengajar yang baik. Seorang guru yang memiliki kepribadian yang baik akan memungkinkan dapat menjadikan anak didiknya sebagai seorang yang baik, begitu pula sebaliknya guru yang memiliki kepribadian yang buruk akan memungkinkan bisa menjadikan seseorang yang tidak baik. Dalam hubungannya dengan masalah kepribadian guru ini di dalam proses pendidikan dan pengajaran Zakiah Dradjat mengatakan sebagai berikut: “Kepribadian guru akan lebih besar pengaruhnya dan pada kepandaian dan ilmunya, terutama bagi anak yang masih dalam usia anak-anak dan masa meningkat remaja. yaitu tingkat pendidikan dasar dan menengah, karena anak didik pada tingkat tersebut masih dalam pertumbuhan.”[2]
Dalam hal ini kepribadian yang bagaimana yang harus dimiliki oleh seorang guru, lebih lanjut Zakiah Dradjat mengatakan: “Tujuan sekolah akan tercapai jika semua guru yang mengajar di sekolah tersebut mempunyai kepribadian yang sejalan dengan tujuan sekolah”.[3]
Bertitik tolak dan pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar adalah suatu kepribadian yang selaras dengan tujuan pendidikan dan pengajaran yang dijalankan oleh sekolah.
d.      Guru harus memiliki rasa tanggungjawab Rasa tanggung jawab ini sudah barang tentu hendaknya harus dimiliki oleh setiap guru. baik pada saat berada di lingkungan sekolah dan keluarga, sebab tanggung jawab ini nantinya akan dipertanyakan dihadirat Allah SWT. Zuhairini, mengatakan pendidikan adalah: Merupakan salah satu faktor pendidikan yang sangat penting. karena pendidikan itulah yang akan bertanggung jawab dalam pembentukan pribadi anak didiknya. Terutama pendidikan agama ia memiliki pertanggung jawaban yang lebih berat dibandingkan dengan umum, karena selain bertanggung jawab kepada pembentukan pribadi anak sesuai dengan ajaran Islam, ia juga bertanggung jawab terhadap Allah SWT.”[4]
2.      Anak didik
Setelah mengetahui tentang persoalan guru/pendidik, pribadi dan beberapa syarat yang harus dimilikinya, sebaiknya dibicarakan pula tentang faktor anak didik. Yang dimaksud dengan anak yang perlu mendapatkan pendidikan dan pengajaran atau dengan kata lain anak yang belum bisa berdiri sendiri. Abdul Ghofur mengatakan: “Faktor anak didik adalah merupakan salah satu faktor pendidik yang paling penting, mereka tanpa adanya faktor tersebut, maka pendidikan tidak akan berlangsung. Oleh karena itu faktor anak didik tidak dapat digantikan oleh faktor yang lain.”[5]
3.      Fasilitas
Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya atau memperlancar dalam rangka mencapai suatu tujuan. Untuk melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran sudah barang tentu diperlukan adanya fasilitas yang cukup atau memenuhi keperluan sekolah. Tersedianya fasilitas sangat menentukan bisa diterapkan suatu metode. Dengan fasilitas yang lengkap dapat menumbuhkan kreativitas dalam mengajar. Abu Ahmadi mengatakan sebagai berikut: “Yang termasuk dalam faktor fasilitas mi antara lain alat peraga, ruangan, waktu, tempat dan alat-alat praktikan, buku-buku perpustakaan. Fasilitas ini turut menentukan metode mengajar yang akan dihadapi guru. [6] Pada garis besarnya fasilitas ini dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu:
-          Fasilitas yang bersifat fisik, seperti tempat dan perlengkapan belajar di sekolah, misalnya alat peraga, buku pelajaran, perpustakaan dan sebagainya.
-          Fasilitas yang bersifat non fisik, seperti waktu, biaya, dan sebagainya.
Sebuah sekolah yang memiliki fasilitas pengajaran yang lengkap akan mempermudah bagi guru terampil untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang balk bahkan mungkin bisa juga menimbulkan gairah anak didik menerima pelajaran yang diberikan oleh guru. Sebaliknya jika sekolah tidak memiliki fasilitas pengajaran yang lengkap, memungkinkan menghambat terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan. Karena itulah bagi sekolah yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan sekali fasilitas yang lengkap sesuai dengan keperluan sekolah. Dengan demikian faktor fasilitas ini kiranya cukup besar didalam kegiatan pendidikan dam pengajaran, dalam kegiatan interaksi belajar mengajar yang dilaksanakan suatu sekolah.
4.      Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan disini adalah sesuatu tempat penyesuaian anak didik dimana mereka berada. Lingkungan mempunyai pengaruh yang tidak sedikit bagi anak dalam pembentukan kepribadian atau akhlaknya. Oleh karena itu didalam agama menekankan bahwa pengawasan sangat perlu sekali diperhatikan oleh orang tua terhadap anaknya, sebab anak yang dilahirkan itu bagaikan kertas putih yang bersih belum pernah kena noda. Lingkungan seko1ah khususnya lingkungan belajar siswa di seko1ah, Lingkungan yang baik ikut mendukung efektivitas pembelajaran. Lingkungan yang baik dimaksudkan: Lingkungan belajar yang tenang artinya siswa dan guru dapat menjaga suasana belajar yang tenang terhindar dari hiruk-pikuk yang mengganggu. Tempat belajar mengajar yang bersih dan nyaman, sehingga guru dan siswa betah dan senang belajar di kelas. Adanya hubungan yang harmonis antara siswa clan guru, siswa dengan siswa dalam pembelajaran sehingga menimbulkan suasana yang menyenangkan.[7] Sedangkan lingkungan diluar sekolah adalah lingkungan keluarga. Dalam hal ini adalah peran orang tua yang senantiasa dapat memberikan perhatian dan bimbingan kepada anaknya dalam belajar. Oleh karena itu perlu ada suatu kerjasama yang baik antara sekolah khususnya dengan orang tua siswa dalam rangka meningkatkan prestasi dan kualitas belajar anak.


 DAFTAR KUTIPAN
 [1] Tearn, Ditaklik Metodik, Kurikulum, (Jakarta: 1990), hal. 10
 [2] Zakiah Dradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992),hal. 10
[3] Ibid, hal. 11
[4] Zuahirini Metodik Khusus, (Jakarta: 1992) hal. 34
 [5] Abdul Ghofurr, hal 34
[6] Tayat Yusuf Dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama Dan Bahasa Arab, (Jakarta; Rajagrapindo Persada, 1997), h. 190
[7] Nana Sudjana Dan Wari Sumariah, Model-Model Mengajar CBSA, Cet. I (Bandung; Sinar baru, 1991) h. 26



Judul: Ciri dan Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Belajar Mengajar
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis/ Disebarkan Oleh Unknown

Terimakasih atas kunjungan beserta kesediaan Anda membaca artikel ini. Anda dapat menyampaikan Kritik dan Saran melalui Kotak komentar di bawah ini.

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...